Selamat datang hai cinta, pembawa ceria untuk hati yang sedang terluka. Terimakasih sudah ada. Kenapa kamu datang hanya ketika saya terluka? Menjadikan kamu satu-satunya bagi saya, hilang pergi begitu saja, layaknya tidak kenal saya. Pamit tidak, salam pun enggan, tak ada kata pamit sedikitpun yang saya dengar. Menjadikan kamu alasan lagi untuk saya terluka kedua kalinya. Pagi saya menantikanmu, siang saya mencarimu, malam saya ingin mengucapkan selamat tidur untukmu. Sayangnya saya cukup takut melakukan itu lagi, tak lagi seperti biasanya. Mengatakan cinta bagaikan spasi yang selalu ada disetiap kata. Egois betul diri ini, hanya menunggu layaknya seorang pengecut. Hari ini saya pikir Anda memang lebih pantas dengan dia, sesosok manusia banyak kelebihannya. Esok saya pikir selama ini saya sia-sia jika pasrah begitu saja. Oh tidak, kembali seperti semula atau berusaha untuk melupa? Saya ingin kamu senang dengan orang yang tepat, tapi saya rasa saya juga bisa menjadi orang yang tepat itu
Masih sama seperti yang pertama, saya masih bingung dengan apa yang terjadi disana. Menjadikan dirimu yang berbeda dari sebelumnya, saya harap ini hanya mimpi belaka. Kenapa harus berujung kesana? Tidak ada yang menduga awalan bahagia berujung petaka, tak ada satupun pertanda terjadinya hal itu. Gila. Sakit hati pun tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi, saya bingung mengenai semuanya. Dirimu yang tidak pernah bisa dimengerti menghasilkan keputusan yang begitu berbeda. Semakin sulit dimengerti. Saya tidak yakin judul dan isi tulisan ini akan sama maknanya, saya hanya mencurahkan apa yang saya rasakan, saya mencurahkan apa yang saya pikirkan, dan saya mencurahkan apa yang orang bayangkan. Bak petir di siang bolong, jumat petaka namanya. Saya mengambil kesimpulan atas apa yang terjadi, saya tidak berani bertanya lebih jauh tentang sebenarnya kita itu apa? Tak ada satu patah kata pun yang menjelaskan hubungan kita, saya selalu tak mengerti, kenapa ini terjadi. Sifatmu, parasmu, senyuman